Model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dapat mempengaruhi tingkat kelancaran pelaksanaan pembelajaran. Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003: 5) menjelaskan pembelajaran adalah "proses interaksi peserta didik dengan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar". Raka Joni (Suprihadi, 2000: 2) menyebutkan pembelajaran adalah "penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar".
Pembelajaran adalah sebagai perangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong, menggiatkan dan mendukung siswa.
Menurut Nana Sudjana (2000: 28-29) mengemukakan bahwa "belajar merupakan dua konsep yaitu belajar dan mengajar yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain".
Belajar menunjukkan apa yang harus dikerjakan oleh seseorang sebagai murid, sedangkan mengajar menunjuk pada apa yang harus dikerjakan oleh guru sebagai pengajar. Hal ini merupakan makna belajar mengajar sebagai suatu proses. Keterpaduan proses belajar mengajar siswa dengan proses mengajar guru sehingga terjadi interaksi belajar mengajar, yang tidak datang begitu saja dan tidak tumbuh begitu saja tanpa pengetahuan dan perencanaan dengan seksama.
Bruner (Nasution, 1996: 9-10) menjelaskan bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan 3 fase atau episode yakni :
- Informasi
- Transformasi, dan
- Evaluasi.
Informasi diperoleh dalam setiap pelajaran, ada yang menambah pengetahuan yang telah di miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah diketahui.
Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal–hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
Kemudian evaluasi digunakan untuk mengukur hingga manakah pengetahuan atau informasi yang kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1994: 41) sebagai berikut:
- Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis, sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.
- Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
- Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
- Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
- Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
- Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terdapat motivasi dan perilaku.
- Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena memang ingin belajar.
- Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
- Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan. \
- Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan