Metode Pembelajaran Gerak Irama Pada Tunagrahita

Juni 01, 2017
Gerak Irama dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita

Mengenal Anak Tunagrahita

Pendidikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus membutuhkan suatu pola layanan tersendiri, khususnya bagi anak tunagrahita. Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan fungsi kecerdasan dan fungsi intelektual serta adaptasi tingkah laku yang terhambat sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan lain yang terjadi pada masa perkembangannya.

Alasan-Alasan perlunya pembelajaran gerak irama

Mereka yang bersekolah pada usia dini di taman kanak-kanak, sekolah tingkat dasar, dan menengah, memerlukan keseriusan para guru dalam pembelajaran dan bimbingan agar tingkat perkembangan diri anak yang bersangkutan dapat tercapai sesuai dengan keberadaannya.

Dewasa ini, di negara-negara Eropa dan Amerika, juga Indonesia pola layanan belajar di sekolah-sekolah mulai bergeser dari segregatif ke arah integratif, dan bahkan ke arah inklusif. Sekolah-sekolah regulier tidak jarang menerima siswa dengan kebutuhan khusus, sehingga diperlukan suatu bentuk penanganan tersendiri, baik dalam pola pembelajaran  maupun pola bimbingan saat berada di sekolah. Kegiatan layanan pembelajaran terhadap para siswa yang mengalami hambatan fungsi kecerdasan atau lebih populer disebut dengan tunagrahita sering mendapat kesulitan yang diantaranya dalam membuat program atau rancangan pembelajaran, memilih metode pembelajaran, menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa yang bersangkutan, dan belum ditemukannya cara yang cocok guna meningkatkan kognisi sekaligus kemampuan sosial siswa tersebut.

Rancangan pembelajaran individual untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut perlu dibuatkan suatu program pembelajaran dengan memasukkan intervensi guru secara khusus yang sesuai dengan kemampuan atau kelemahan siswa dengan kebutuhan khusus. Di antara anak yang mempunyai hambatan fungsi kecerdasan dan itelektual sering kali dibarengi dengan kurangnya kemampuan dalam beradaptasi. Misalnya, seorang anak Down's Syndrome dapat dimungkinkan mempunyai hambatan seperti spastik, autism, hiperaktif, atau kesulitan belajar. Oleh karena itu guru sebagai pendidik perlu memperhatikan secara serius karakteristik spesifik, selain perkembangan kognisi dan sosial siswa bersangkutan. Perkembangan kognisi dan sosial meliputi perkembangan pada tingkat sensorimotor, akademik, kemampuan berbahasa, keterampilan mengurus diri sendiri, pemahaman terhadap konsep diri, kemampuan berinteraksi sosial, dan menumbuhkan rasa kreativitas.

Implementasi Program Pembelajaran Gerak Irama

Adanya kesulitan pada tingkat kemampuan tersebut, maka suatu program pembelajaran semestinya bersifat "terobosan" yang dapat menjembatani antara kepentingan guru untuk dapat meningkatkan kemampuan kognisi sesuai dengan kurikulum dan kondisi siswa. Tujuan pengaplikasian Gerak Irama dalam pembelajaran bagi anak tunagrahita adalah pencapaian sasaran perilaku yang perlu dikembangkan melalui proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik spesifik siswa. Proses pembelajaran Gerak Irama yaitu suatu kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan unsur pola gerak yang sesuai dengan kemampuan atau dengan memperhatikan kelemahan-kelemahan, khususnya perkembangan gerak yang terdapat pada diri setiap siswa. Karena umumnya anak-anak tunagrahita mempunyai masalah dalam keterampilan gross dan fine motor, mempunyai hambatan dalam sistem saraf sehingga sulit mencapai gerak dalam sekuensi perkembangan normal.

Previous
Next Post »