Hindari Hukuman Fisik Pada Penderita Autis

Juni 17, 2017
Hindari Hukuman Fisik pada Anak Autisme

Autis merupakan gangguan perilaku anak yang hingga saat ini belum ditemukan penyebab dan obatnya. Padahal, jika gejala itu sudah terdeteksi sejak dini, si anak bisa segera mendapatkan terapi. Ada 5 macam terapi yang telah teruji dan direkomendasikan, yaitu terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, terapi sensori pancaindera, dan terapi biomedical. Diantara kelima terapi tersebut, terapi perilaku merupakan terapi dasar yang harus dilakukan untuk membantu tumbuh kembang anak.

Lalu bagaimana metode terapi perilaku yang dapat dilakukan orang tua? Pada dasarnya, setiap kali orang tua memberi perintah, ada 4 respon yang akan diberikan anak, yaitu respon benar atau mengikuti perintah, respon salah atau tidak melakukan sesuai perintah, tidak memberikan respon, dan respon setengah atau mengikuti perintah tapi tidak sepenuhnya. Jika responnya benar, berilah pujian pada si anak. Jika responnya salah, sebaiknya orang tua bila "tidak". Begitu juga kalau tidak ada respon, jangan lupa untuk bilang "tidak" pada si anak. Tapi, jika responnya setengah, maka ulangi perintah anda agar si anak mengulangi responnya. "Untuk menangani anak autis, jangan sekali-kali menghukumnya dengan hukuman fisik. Sebab itu justru akan membuat keadaan makin tidak sesuai dengan yang diinginkan" atau bahkan akan dicontoh oleh si anak.

Ada beberapa kemampuan yang harus dikuasai anak autis, yaitu duduk mandiri di kursi, melakukan kontak mata, tangan dilipat, meniru berbagai macam gerakan, mengidentifikasi benda dan gambar, menyebut nama benda dan gambar, serta membina diri sendiri.

Meski orang tua sudah memberikan terapi, namun ada baiknya melibatkan peran seorang terapis. Idealnya, terapi perilaku diberikan pada anak usia 2-3 tahun selama 2 tahun berturut-turut. Metode terapi diberikan selama 40 jam dalam seminggu atau 7-8 jam perhari.

Diharapkan, terapi bisa membantu mengenal 500 keahlian dasar yang berguna dimasyarakat dan sekolah umum nantinya.

Diakui bahwa tidak semua anak autis mengalami gangguan terhadap kecerdasan otak. Ada anak autis yang sangat cerdas bahkan melebihi anak normal pada umumnya. Bahkan tidak sedikit pula penderita autis yang memiliki kemampuan yang abnormal.

Previous
Next Post »